Dampak harga cabai yang terus meroket membuat cabai impor mulai masuk ke pasar-pasar tradisional di tanah air. Seperti yang terjadi di Denpasar, Bali, cabai ini kurang diminati masyarakat. Cabai rawit merah yang telah dikeringkan itu hanya dibeli oleh pengusaha warung makan.
“Kalau warga masyarakat jarang membeli cabai impor, sebaliknya lebih suka cabai lokal, walau harganya lebih mahal,” kata Sumartini, seorang pedagang bumbu di Pasar Badung Denpasar, seperti melansir Republika (24/2).
“Kalau warga masyarakat jarang membeli cabai impor, sebaliknya lebih suka cabai lokal, walau harganya lebih mahal,” kata Sumartini, seorang pedagang bumbu di Pasar Badung Denpasar, seperti melansir Republika (24/2).
Sumartini melanjutkan, sejak tiga bulan lalu, tepatnya menjelang Natal, harga cabai terus naik dan kini harganya sekitar Rp130.00per kg. Sementara itu, harga cabai impor hanya sekitar Rp80.000 per kg.
Lebih lanjut Sumartini menjelaskan, cabai kering yang dijual cukup membantu para pengusaha makanan. Pasalnya, cabai tersebut cukup pedas dan harganya juga lebih murah. Cabai impor ternyata hanya ada di Kota Denpasar saja karena di kota-kota kabupaten di Bali, cabai ini sulit didapat.
“Entah mengapa warga masyarakat kebanyakan memilih cabai lokal. Apa karena penampilan cabai lokal yang kelihatan masih segar sehingga itu yang mereka pilih,” ungkapnya.
Untuk menyiasati agar bisa dapat membeli cabai dengan harga lebih murah, Rugaya mengaku membelinya dari Banyuwangi, Jawa Timur. Di kota tertimur Provinsi Jawa Timur itu sebutnya, harga cabai di petani hanya berkisar Rp70.000 per kg. “Mending saya beli ke petani di Banyuwangi saja,” tutur Rugaya.
Dengan perbedaan harga yang lumayan itu, dia bisa menghemat banyak, karena saat kulakanke Banyuwangi, dia juga membeli keperluan lain untuk warungnya, yang harganya di Banyuwangi jauh lebih murah.
0 komentar:
Posting Komentar