This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 20 Maret 2017

Periode Grower Ayam Petelur

Pemeliharaan pada periode grower atau developer sebenarnya hampir tidak berbeda. Periode grower adalah pada saat anak ayam berumur 9—13 minggu sedangkan developer pada saat umur 14—20 minggu. Pemeliharaan keduafase ini dibedakan dari nutrisi pakan yang diberikan, yaitu protein fase developer lebih rendah 1%. Ak an tetapi, akhirakhir ini peternak cenderung tidak membedakan pakan kedua fase ini dan tetap meneruskan pemberian pakan grower ke periode developer.
Kebutuhan ruang untuk periode ini sekitar 7—8 ekor /m2. Kebutuhan tempat pakan (10 kg) adalah 4 buah/100 ekor. Untuk efisiensi pemberian pakan, pada piringan pakan dapat dipasang grill. Pengalihan pakan dari periode starter ke grower sebaiknya dilakukan bila berat badan ayam umur delapan minggu telah tercapai. Hal ini untuk mendapatkan kerangka badan yang baik. Untuk mengurangi stres pada anak ayam, pengalihan sebaiknya dilakukansecara berangsur-angsur. Caranya pakan grower dicampur sedikit demi sedikit pada  pakan starter. Sampai akhirnya diganti dengan pakan grower. Kemudian lakukan penimbangan ayam setiap minggu secara acak.
Seleksi ayam bertujuan untuk mengoreksi kesalahan seleksi yang dilakukan oleh pembibit. Untuk itu ayamayam yang diperkirakan sebagai ayam jantan harus dikeluarkan dan diletakkan pada kandang yang berbeda. Hal ini karena pemeliharaan ayam ras bibit padaayam ras petelur tidak diperlukan adanya ayam jantan. Ciri-ciri ayam jantan yaitubadannya lebih tinggi dan besar, jengger besar, bulu ekor lebih panjang, dan  warna bulu berbeda dari ayam betina. Di samping itu, seleksi untuk ayam betina juga perlu dilakukan terutama pada saat pindah dari kandang grower ke kandang produksi. Ciri-ciri ayam betina yang baik adalah sebagai berikut.
  1. Jarak antara tulang dada (sternum) dan tulang duduk (pubis) lebih dari tiga jarimanusia.
  2. Jarak antara kedua tulang pubis lebih atau sama dengan tiga jari.
  3. Perut ayam bila diraba, terasa lunak.
  4. Kloaka (lubang anus) bulat,lebar, basah, dan berwarna basah.
  5. Badan terlihat sehat dan segar dengan mata bersinar cerah dan jengger merah.
Selama periode grower, lampudimatikan pada malam hari; sedangkan pada siang hari cahaya yang masuk ke  kandang dikurangi dengan pemakaian paranet (terutama untuk bulan tertentu ketika panjang penyinaran lebih dari 12 jam dalam sehari dengan intensitas cahaya yang terlalu tinggi). Pengurangan cahaya akan melambatkan terjadinya masak kelamin pada ayam. Ayam yang terlalu cepat masak kelamin akan menghasilkan telur yang lebih kecil sehingga berat telur yang dihasilkan per ekor ayam lebih rendah. Berat telur ratarata akan meningkat 0,15 g untuk setiap hari keterlambatan umur awal bertelur.
Paranet dipasang di luar dinding kandang melebar keluar dan dipancang supaya tidak berkibar-kibar dan menakutkan ayam. Selain itu, pada fase grower kebersihan kandang juga harus dijaga terutama dari bulu-bulu ayam yang rontok. Bulu-bulu tersebut harus disapu  dan dibuang keluar kandang agar tidak dimakan oleh ayam.

Menampung Cacing Sutera

Biasanya, cacing sutera yang sudah dipanen tidak selalu langsung dijual, bahkan sebaiknya justru ditampung atau dikarantina terlebih dahulu. Penampungan harus dilakukan agar cacing yang dijual benar-benar bebas dari bibiit penyakit serta dalam kondisi sehat dan segar. Penampungan sebelum didistribusikan akan mempengaruhi kualitas cacing sutera yang akan dikirim. Tingkat kelangsungan hidup cacing sutera di dalam wadah pengemasan dan ketika sampai di tempat konsumen juga dipengaruhi oleh perlakuan di kolam penampungan/karantina. Tahapan penampungan cacing sutera bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut.
  • Siapkan bak penampungan yang lebar dan rata.
  • Cuci cacing sutera beberapa kali, lalu letakkan di tempat penampungan dan diberi air mengalir.
  • Buat air berada 1—3 cm di atas permukaan koloni cacing sutera yang ada di dalam wadah tersebut.
  • Aliri kolam penampungan dengan air bersih secara terus-menerus dengan debit air yang tidak terlalu deras (0,5—2 l/detik, tergantung luas wadah dan jumlah cacing). Aliran air harus selalu ada selama cacing sutera berada di kolam penampungan.

Jenis-Jenis Lele

Kalang, pintet, keli, duri dan cepi hanyalah sebagian julukan lele di berbagai daerah di tanah air. Namun, tidak semua nama ikan itu merujuk pada jenis lele yang sama. Di Indonesia memiliki setidaknya ada 6 jenis lele dari keluarga Clariidae, tetapi hanya satu yang paling dikenal masyarakat, yaitu C. batrachus. Di Jawa, lele yang banyak dibudidayakan peternak sebelum masuknya lele dumbo dari Taiwan itu dikenal sebagai lele lokal.
Di Padang, masyarakat mengenal C. Batrachus dengan sebutan ikan kalang. Lain halnya di Aceh, C. Batrachus mendapat julukan ikan maut dan di Bugis dikenal sebagai ikan cepi. Selain C. batrachus, jenis lain yang cukup  populer di tanah air, yaitu  lele kembang atau kalang putih yang menurut beberapa artikel di tanah air dimasukkan dalam spesies tersendiri, yaitu C. teysmani. Namun, dalam buku The Sea and Freshwater Fishes of Australia and New Guinea karya Gerald Jennings disebutkan bahwa C. Teysmani merupakan sinonim C. batrachus. Sinonim lain dari C. batrachus, yaitu C. assamensis dan C. dussumieri.
Jenis lele lain yang mendiami perairan nusantara, yaitu C. leiacanthus yang dikenal dengan sebutan ikan keli atau penang. Ada pula ikan lindim atau limbat atau kaleh yang merupakan lele spesies C. nieuhofi. Selain itu, masyarakat Kalimantan juga mengenal limbat hitam (C. nigricans) dan limbat sentarum (C. pseudonieuhofii).
Sementara lele yang dikenal dengan sebutan ikan duri, wais, atau wiru merupakan jenis C. melanoderma. Kini, masyarakat juga akrab dengan lele spesies sangkuriang yang merupakan hasil pemuliaan dumbo.

Teknik Pendederan Kerapu di Bak

Teknik pendederan kerapu di bak lebih terkontrol daripada tambak. Luasan wadah lebih sempit dan dapat dilakukan di dalam rumah (indoor).
  1. Persiapan wadah
Bak yang digunakan berkapasitas 10 ton terbuat dari beton berbentuksegi empat dengan masing-masing sudut tumpul dan ketinggian airnya  75—100 cm. Bak yang akan digunakan disterilisasi dengan kaporit 100 ppm, lalu dibiarkan selama 2 hari. Setelah itu, bak dicuci dengan detergen dan dibilas air tawar. Pemasangan aerasi dengan jarak 10 cm dari dasar bak serta adanya jarak untuk setiap aerasi sekitar 75—100 cm dengan penataan selang aerasi menempel di kedua sisi bak dan di tengah. Pengisian air laut ke dalam bak harus diberi filter bag di ujung pipa.
  1. Kualitas air
Kualitas air laut yang dibutuhkan pada fase pendederan di bak adalahsebagai berikut.
  1. Penebaran benih
Pendederan dibak dapat dilakukan langsung dengan padat tebar 4.000— 5.000 ekor/bak. Untuk lebih memudahkan pemeliharaan, dalam 1 bak bisadipasang waring berukuran 180 cm x 120 cm x 100 cm. Jadi, kepadatan setiap waring antara 1.000—1.250 ekor. Padat tebarnya bisa ditambah 3 ekor/m2 jika menggunakan kincir air.
  1. Pakan
Pakan pada fase pendederan bisa berupa udang rebon/jambret yang diberikan sampai kenyang dengan frekuensi 2 x sehari. Ikan rucah/teri juga diberikan sebanyak 3—5% dari bobot badan ikan dengan frekuensi 2 x sehari. Untuk pakan buatan diberikan sebanyak 10—15 g/pemberian dengan frekuensi 4—6 x sehari. Jika udang rebon dan ikan rucah tidak ada, dapat mengg unakan pakan buatan secara tunggal yang diberikan setiap jam mulai pukul 06.00—17.00 diberikan secara adsatiation (sekenyangnya).
  1. Grading
Grading dilakukan agar kerapu menjadi seragam dan berkurangnya kanibalisme. Grading biasanya dilakukan 1 x seminggu. Untuk kerapu,grading yang dilakukan biasanya berukuran 2,5—7 cm yang dilakukan  setiap 3—5 hari/sekali. Ikan kerapu berukuran 7—10 cm di-grading setiap 7 hari, sedangkan yang berukuran 50—200 g dilakukan sekali dalam sebulan.
  1. Pergantian air
Kualitas air dapat dijaga dengan melakukan pergantian air secaraflowtrough >100% setiap hari. Selain itu, dilakukan penyiponan untuk  mengambil sisa pakan serta feses di dasar bak setiap pagi dan sore hari.

Masa Kritis Larva Kerapu

Pada pemeliharaan larva kerapu ada masa-masa kritis yang dapat menyebabkan bahaya, terutama ancaman kematian larva. Ada masa kritis pada kerapu yang berdasarkan umur, yaitu pada umur D3—D7. Hal itu karena pada waktu tersebut persediaan kuning telur menjadi habis, sehingga relatif berbahaya bagi larva bila tidak segera ditangani dengan pakan yang tepat. Masa kritis selanjutnya adalah pada D10—D12 dan D21—D25, yaitu masa ketika pertumbuhan organ-organ sirip mulai sempurna. Dengan demikian, dibutuhkan pakan yang lebih berkualitas bagi pertumbuhannya. Setelah itu, D35 juga merupakan masa kritis karena benih berukuran tersebut sudah mulai muncul sifat kanibalnya.
Selain umur, masa kritis juga disebabkan oleh stres yang sangat rawanmenyerang larva. Stres dapat disebabkan dari luar maupun dalam. Larva yang masih lemah bila terkena stres akan mudah terjangkit penyakit, terutama virus VNN (viral nervous necrosis). Virus ini dapat menyebabkan kematian total hanya dalam jangka waktu beberapa hari sehingga perlu dilakukan pencegahan agar virus tersebut tidak menyerang. Berikut caranya.
  • Pengelolaan lingkungan; di antaranya dengan memantau kualitas air seperti suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut, NH3, Nitrit (NO2), H2S dan senyawa beracun lainnya.
  • Kepadatan larva; sangat berpengaruh pada kualitas lingkungan. Kepadatan yang tinggi menyebabkan sisa kotoran menumpuk. Bila tidak dapat diatur, dapat menjadi racun bagi larva itu sendiri.
  • Pakan; harus diberikan sesuai kebutuhan baik secara kulitas maupun kuantitasnya. Pakan yang tidak bermutu dapat menyebabkan tubuh abnormal, sedangkan kuantitas yang tidak sesuai dapat menyebabkan pertumbuhan tidak sama atau kurus/kerdil.
  • Oksigen; selama pemeliharaan larva suplai oksigen harus optimal. Pemberian oksigen harus dibantu dengan aerasi secara merata sehingga larva tidak hanya berkumpul dalam satu tempat. Selain itu, aerasi yang baik dapat membantu penyebaran plankton sehingga dapat dimangsa larva secara merata.
  • Cahaya; kecerahan air yang baik sangat berpengaruh pada tingkat hidup larva kerapu. Perbedaan cahaya atau sinar secara tiba-tiba dapat menyebabkan stres sehingga pencahayaannya harus dilakukan selama 24 jam. Bila siang hari dapat memanfaatkan sinar matahari, sedangkan malam hari dapat memanfaatkan lampu TL.

Mengintip Usaha Budidaya Ikan Mas Koki di Tulungagung

Ikan mas koki memang selalu menjadi primadona di kalangan pecinta ikan hias. Terlebih ikan ini memiliki beragam warna yang sangat cantik seperti warna merah, putih, hitam, kuning, jingga hingga silver membuat ikan hias air tawar tersebut tetap eksis kendati masa booming-nya telah lewat.
Ditambah dengan adanya kepercayaan masyarakat yang meyakini bahwa memelihara ikan mas koki dapat membawa hoki kepada pemiliknya. Tak heran jika ikan mas koki dapat bertahan di tengah gempuran ikan-ikan predator yang kini membanjiri pasar ikan hias dalam negeri.
Salah seorang pria yang tergabung dalam Koperasi Tirta Kencana Agung Desa Boyonglanggu, Hadi Basoni, menyebutkan bahwa di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, sekitar 80% penduduk desa tersebut beralih menjadi pembudidaya ikan mas koki lantaran prospek pasarnya yang tetap bagus.
Membudidayakan ikan mas koki, tambah Hadi, ternyata mudah, cukup menggunakan kolam semen dengan ketinggian air 60 cm lalu indukan ikan betina yang siap bertelur dilepaskan. Setelah bertelur, larva dipindahkan ke kolam pembesaran. Usahakan agar suhu air tetap stabil, di angka 27—29°C.
Pakan yang digunakan juga sederhana, Hadi menggunakan pelet pabrikan dengan pemberian 2 hari sekali. Sebagai perbandingan dalam satu kolam ukuran 1 meter persegi bisa dipadatkan hingga 50 ekor anakan ikan mas koki usia 2—3 minggu.
Sementara itu, untuk tingkat harapan hidup mas koki juga tergolong tinggi, sekitar 80%. Oleh karena itu, tak heran bila sebagian besar warga Desa Boyonglanggu beramai-ramai menjadi pembudidaya mas koki.
Tingginya permintaan konsumen terhadap anakan ikan mas koki usia 2—3 minggu membuat Hadi terpaksa melepasnya ke pasar dengan harga Rp3.000—Rp4.000 per ekor. Untuk usia dewasa, setidaknya dibutuhkan waktu 5—6 bulan dengan harga yang cukup fantastis mulai dari Rp200.000—Rp6 juta per ekor.
Layaknya ikan koi, kolam mas koki juga harus terdapat pancuran air untuk menciptakan arus dan menambah oksigen terlarut dalam air sehingga ikan bisa tumbuh lebih cepat.
Hingga kini permintaan tertinggi mas koki asal Tulungagung adalah dari jenis tossa dan oranda. Kendati demikian, Hadi juga membudidayakan ikan mas koki jenis lainnya seperti demekin, ranchu, dan kaliko.

Mentan Imbau Petani Jual Hasil Panen ke Bulog

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengimbau kepada seluruh petani untuk menjual gabahnya ke Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Bulog) dengan harga minimal Rp3.700 per kilogram (kg). Hal ini karena harga tersebut lebih tinggi dari pasar.
“Alhamdulillah dalam perjalanan kami kurang lebih lima hari, mereka (petani) sudah sepakat menjual ke Bulog,” kata Mentan usai menghadiri acara “Tanam, Panen, dan Serap Gabah” di Desa Wanareja, Kecamatan Wanareja, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, belum lama ini seperti mengutip Republika (14/3).
Sebelumnya, Mentan mengungkapkan bahwa harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani berkisar Rp3.000—Rp3.400 per kg.
“Kami membelinya dengan harga Rp3.700 per kg. Ini perintah langsung dari Bapak Presiden, jangan biarkan petani merugi, itu arahan Bapak Presiden,” ucapnya.
Menurut Amran, penjualan gabah ke Bulog memiliki manfaat yang sangat besar karena ada selisih harga sebesar Rp500 per kg dari harga di pasaran yang rata-rata Rp3.200 per kg.
“Artinya, nilainya Rp500.000 per ton. Kalau ada 1 juta ton, berarti petani rugi Rp500 miliar. Kalau 2 juta ton sedangkan produksi terakhir ini kemungkinan 40 juta ton, bisa dibayangkan kerugian petani kalau ini (harga gabah anjlok) berlanjut,” tambah Mentan.
Oleh karena itu, lanjut Mentan, sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), harga gabah di tingkat petani naik menjadi Rp3.700 per kg. Ia mengatakan pemerintah harus menjaga petani agar tetap untung.